Buku-Buku yang Menemani Liburan Tahun Baru-ku

Raditya Raihan Hidayat
7 min readJan 31, 2023

Buku-buku yang kubaca selama liburan tahun baru

Liburan selalu menjadi waktu yang tepat untuk bermesraan dengan buku-buku, tak terkecuali liburan tahun baru 2023. Bahkan, pada liburan tahun baru ini, aku membaca lebih banyak buku ketimbang setahun yang lalu.

Sebagian besar buku yang kubaca sudah berbulan-bulan mengendap di reading-list Goodreads-ku. Buku-buku tersebut bermacam jenis, mulai dari self-help hingga novel romansa. Berikut adalah buku-buku yang menemani liburan tahun baru-ku.

1. Factfulness

Factfulness oleh Hans Rosling

Factfulness barangkali menjadi salah satu buku favoritku tahun ini. Bukan hanya populer, buku ini juga mindblowing. Buku ini sudah menghiasi daftar rekomendasi banyak orang, salah satunya Bill Gates.

Factfulness berisi mengenai 10 insting yang mengaburkan pandangan kita dari realitas. Factfulness men-debunk kecacatan berpikir manusia yang memandang dunia dari intuisi, bukan fakta dan data.

Buku ini membuatku sadar akan pentingnya fact-based worldview atau cara pandang dunia berdasarkan fakta dan data. Buku ini juga membuatku lebih optimis dalam menanggapi kondisi dunia sekarang.

Fun fact, buku ini berargumen bahwa sebagian besar manusia tidak lebih benar dalam memandang dunia ketimbang simpanse, lho!

Kutipan-kutipan favoritku dari buku ini antara lain,

“Fears that once helped keep our ancestors alive, today help keep journalists employed,”

“Being intelligent — being good with numbers, or being well educated, or even winning a Nobel Prize — is not a shortcut to global factual knowledge. Experts are experts only within their field,”

“Data must be used to tell the truth, not to call to action, no matter how noble the intentions,”

2. It Ends with Us

It Ends with Us oleh Colleen Hoover

It Ends with Us adalah salah satu novel yang kubaca di awal tahun. Novel ini menarik perhatianku karena mendapatkan berbagai ulasan positif dan berhasil memenangkan Goodreads Choice Award 2016.

It Ends with Us berkisah tentang kehidupan romansa Lily Bloom, seorang pengusaha muda yang jatuh cinta dengan Ryle Kincaid, doktor ahli bedah otak. Kisah percintaan mereka menjadi pelik ketika Atlas Corrigan, pacar masa kecil Lily kembali mengisi kehidupan barunya.

Walaupun terkesan sederhana, It Ends with Us membawa tema yang jarang ditemukan pada novel sejenis, yakni domestic violence atau kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).

Aku cukup menikmati membaca novel ini karena memiliki karakter yang engaging, organik, dan hidup. Selain itu, Penulis dapat mengeksekusi tema domestic violence dengan luar biasa. Babak terakhir buku ini bagaikan roller-coaster emosi dan perasaan.

Dari novel ini, aku mendapat insight bahwa KDRT bak lingkaran setan yang harus diputus dengan cara merelakan. Selain itu, tingkat kekerasan akan bertambah jika korban terus-menerus bertahan. Satu-satunya cara untuk melawan KDRT adalah dengan memutus lingkaran setan serta melepas ikatan.

Kutipan-kutipan favoritku dalam novel ini antara lain,

“There is no such thing as bad people. We’re all just people who sometimes do bad things,”

“Just because we didn’t end up on the same wave, doesn’t mean we aren’t still a part of the same ocean,”

“Shouldn’t there be more distaste in our mouths for the abusers than for those who continue to love the abusers?”

3. The Pathless Path

The Pathless Path oleh Paul Millerd

Aku tertarik membaca buku ini setelah menonton video rekomendasi buku Ali Abdaal. Buku ini terbilang baru dan memperoleh penilaian yang so-so oleh pengguna Goodreads.

Buku ini membahas mengenai kisah Paul Millerd, seorang mantan “budak korporat” yang memilih jalan hidup baru sebagai konsultan tak terikat dan penulis buku yang menghidupi the pathless path.

Sejujurnya, aku kurang relate dengan buku ini. Paul Millerd bercerita dari sudut pandang mantan high-achiever, sedangkan aku belum merasa achieve sesuatu yang berarti. Selain itu, Paul tidak memberi langkah-langkah pasti untuk mencapai kebahagian di the pathless path.

Aku tidak menyarankanmu untuk membaca buku ini. Bukannya tidak baik, tetapi poin-poin utama buku ini sangat singkat. Jika kamu tertarik dengan buku ini, bacalah ringkasannya saja di internet.

Namun, jika kamu merupakan seseorang yang sudah penat dengan hidup, eh, maksudnya kehidupan korporat, buku ini mungkin cocok untukmu.

Kutipan-kutipan favoritku dalam buku ini antara lain,

“You work hard, but get laid off anyway. You have the perfect life on paper, but no time to enjoy it. You retire with millions in the bank, but no idea what to do with your time,”

“Non-doing is not about escaping anything or being lazy but instead refers to a deep level of connectedness with the world,”

“The pathless path is a define-your-own-success adventure,”

4. Sacred Rest

Sacred Rest oleh Saundra Dalton-Smith

Sacred Rest adalah buku favoritku di awal tahun 2023. Sacred Rest memuat argumen mengenai arti penting dan macam jenis istirahat. Saundra Dalon-Smith berpendapat bahwa terdapat tujuh jenis istirahat berdasarkan stress.

Salah satu poin penting dalam buku ini adalah istirahat tidak terbatas pada tidur. Selain itu, kegiatan yang memberikan kenyamanan sesaat, misalnya scroll media sosial, bukanlah istirahat yang baik bahkan justru melelahkan.

Uniknya, sebagian besar materi dalam buku ini juga dikaitkan dengan nilai rohani agama Kristen. Hal tersebut kuterima dengan baik karena memberi nilai urgensi dan kesakralan istirahat. Materi rohani tersebut juga memberi insight baru untukku mengenai kegiatan istirahat yang sudah membudaya.

Buku ini sangat kurekomendasikan. Tidak hanya membawakan tema yang segar, gaya penulisan buku ini sangat ringkas, sederhana, serta tidak sukar dipahami. Namun, jika kamu tak menghendaki materi rohani, bagian satu dari buku ini sudah memuat sebagian besar premis.

Kutipan-kutipan favoritku dalam buku ini antara lain,

“When I am resting because my body is weak, I need to remember that I’m not wasting the day doing nothing. I am doing exactly what I need to do. I’m recovering,”

“All rest is not created equal. Much of what we consider rest fails to work because it is not restful,”

“It isn’t in the number of hours slept. It isn’t in the number of meditations, prayers, or mental exercises completed,”

5. The Alchemist

The Alchemist oleh Paulo Coelho

The Alchemist boleh jadi adalah buku legendaris yang mewarnai liburanku tahun ini. The Alchemist membawa kisah Santiago, seorang gembala yang melepas masa lalu demi mengejar impiannya.

Kisah dalam buku ini sangat sederhana, tetapi dibungkus dalam keindahan dan penuh akan makna. The Alchemist bukan hanya membawa tema religi dan harapan, tetapi juga kemanusiaan serta cinta.

Aku sengaja tak menulis terlalu banyak karena magis The Alchemist perlu kamu rasakan dan resapi sendiri. Sungguh, kesan yang buku ini tinggalkan sangat membekas dan mampu mengubah hidup.

Kutipan-kutipan favoritku dalam buku ini antara lain,

“When you want something, all the universe conspires in helping you to achieve it,”

“One is loved because one is loved. No reason is needed for loving,”

“Everything that happens once can never happen again. But everything that happens twice will surely happen a third time,”

6. Steal Like an Artist, Show Your Work, & Keep Going

Austin Kleon’s

Steal Like an Artist, Show Your Work, dan Keep Going merupakan trilogi kreatif karya Austin Kleon. Ketiga buku ini membawa satu tema besar: cara membangun, meningkatkan, serta merawat kreativitas di era digital.

Steal Like an Artist merupakan buku pertama yang mengusung cara-cara menemukan ide dan gagasan. Buku ini berargumen bahwa kreativitas tidak muncul begitu saja, melainkan dipengaruhi serta “dicuri” dari orang lain.

Show Your Work berisi alasan serta pedoman untuk memulai membagikan karya melalui internet. Satu hal yang kuingat dari buku ini adalah manusia tak perlu menjadi seorang genius untuk membagikan karyanya. Sebaliknya jadilah scenius, atau senantiasa take and give dengan pekerja kreatif lainnya.

Terakhir, Keep Going berisi langkah-langkah menjaga konsistensi berkarya mulai dari menjadikannya sebagai kebiasaan serta menghiraukan statistik dan merasa cukup dengan apa yang dimiliki saat ini.

Kutipan-kutipan favoritku dalam ketiga buku ini antara lain,

“Your work as a never-ending process, how to share your process in a way that attracts people who might be interested in what you do,”

“I think I need to keep being creative, not to prove anything but because it makes me happy just to do it . . . I think trying to be creative, keeping busy, has a lot to do with keeping you alive,”

“You have to remember that your work is something you do, not who you are,”

Berikut tadi adalah beberapa buku yang kubaca untuk mengisi sisa waktu selama liburan tahun baru 2023. Apakah kamu pernah membacanya juga? Bagikan pendapatmu di kolom komentar. Aku tidak sabar mendiskusikan buku itu denganmu!

Sign up to discover human stories that deepen your understanding of the world.

Free

Distraction-free reading. No ads.

Organize your knowledge with lists and highlights.

Tell your story. Find your audience.

Membership

Read member-only stories

Support writers you read most

Earn money for your writing

Listen to audio narrations

Read offline with the Medium app

Raditya Raihan Hidayat
Raditya Raihan Hidayat

Written by Raditya Raihan Hidayat

Learning at URP Diponegoro University

Responses (1)

Write a response